Rabu, 14 Oktober 2009
Refleksi Hari Kemenangan
Oleh: Ali Daeva

Satu bulan melaksanakan ibadah puasa, merupakan ritual tahunan, wajib dilaksanakan umat Islam. Dilanjutkan dengan melaksanakan hari raya idul fitri yang di kenal sebagai “hari kemenangan”. Barbagai hal dilakukan masyarakat menyambut hari kemenangan ini; ada yang dengan takbir keliling, ledakan meriam, bunyi petasan, dll. Cukup meriah bagi yang menikmati momen ini, kadang sampai lupa waktu.

Penyambutan Idul Fitri memang menarik perhatian, baik dari aspek ekonomi, sosial politik dan budaya. Bisa dilihat dari bidang ekonomi, banyaknya produk baru yang sengaja disiapkan menyambut hari raya, anggaran belanja masyarakatpun meningkat. Bidang politik, masih ada para politisi yang duduk di kursi empuk memperjuangkan aspirasi rakyat meminta THR di luar gaji tetap, tanpa melihat nasib rakyat di pinggir jalan. Bidang budaya, secara tidak langsung ada gesekan budaya luar yang merubah pola hidup masyarakat. Realitas ini bisa dilihat melalui maraknya fashion yang bukan asli produk anak negeri melainkan adopsi dari luar (baca: impor).

Melihat aktivitas hari raya tahun 1430 H/2009 ini, tidak banyak perbedaan signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Nilai atau pesan yang terkandung kurang mengena pada subtansi Idul Fitri sebagai hari kemenangan. Misal membludaknya arus mudik yang dimanfaatkan secara tidak lazim. Masyarakat mudik dalam rangka melepas rindu besama keluarga dikampung halaman menjadi moment “pemiskinan kolektif” yang dimanfaatkan para pembisnis transformasi. Pelayanan kurang memuaskan tidak sepadan dari “isi kocek” yang masyarakat keluarkan. Inilah tradisi mudik yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.

“Hari Kemenangan” lambat laun bisa kehilangan makna yang seharusnya menjadi media pembersihan diri. Kembali ke fitrah hanya menjadi slogan di berbagai media, baik ketemu langsung, lewat sms, fecebook, dan media2 lannya. Sedikit sekali masyarakat sadar akan pemiskinan kolektif yang setiap tahun terus melonjak. Mari kita berbenah diri memperbaiki kebudayaan lokal yang mulai terkikis. Saatnya anak-anak bangsa berbenah diri dari berbagai pembodohan, penjajahan kemerdekaan individu.

Mari refleksikan kembali “Hari Kemenangan” yang telah kita lewati bersama. “Jadikan hari esok sebagai wajah baru, tanpa menghilangkan kearifan yang telah kita miliki”.

* Penulis Adalah Anggota Matrik Yogyakarta, Alumni MDHY ’06

Label:


Baca Selengkapnya di Sini!!!!
posted by Wisma Kalingga Community @ 00.51   5 comments
Tentang R-25

Pemilik: Simax-Jiyah
Home: Jl Ambarukmo; Rt.11/04; CT Depok Sleman Yogyakarta 55281
Mau tahu R25 klik di sini
Jo Kelalen sing Kiye
Bagi temen2 R25 yg ingin mempublikasikan tulisan/gambar silahkan diposting sendiri, minta email dan paswordnya sama McAnam (admin 1) atau sama Fatin (Admin2). Silahkan posting dan berkomentar, jangan takut salah, santai aja kan ada admin :-)
Kategori
Postingan Sebelumnya
Arsip
Woro-woro
Cah R-25 kudu pangerten siji marang liyane. Nek ono sing lagi butuhake bantuan yo dibantu. Siji maneh, Cah R25 kudu ngikuti peraturan sing wis ditetepke lewat rembugan bareng. Nek durung duwe bojo yo ojo gowo wadon nang kamar; nek ra entuk go pemanas (dispengser dll) yo ojo nganggo, latihan hemat listrik ngono lo dab
Friendster&Penghuni R-25
Situs Blog Cah R-25
Buku Tamu



ShoutMix chat widget
Jumlah Pengunjung


Wisma Kalingga United

↑ Grab this Headline Animator

© Wisma Kalingga United